“Selain itu, pemerintah daerah juga memiliki peran krusial dalam menggerakkan program kepemudaan,” ujarnya.
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga telah mengembangkan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) sebagai tolok ukur untuk mengukur dan meningkatkan kualitas pemuda di Indonesia.
Indeks ini mencakup beberapa domain, termasuk pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, partisipasi kepemimpinan, dan gender.
“Dengan memanfaatkan data ini, berbagai program dan kebijakan dapat disusun untuk lebih memenuhi kebutuhan pemuda di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Selanjutnya, Imam menekankan pentingnya untuk menyadari bahwa Indonesia saat ini sedang menikmati bonus demografi. Namun, tantangan besar terkait penyediaan lapangan kerja masih menjadi isu utama.
Oleh karena itu, upaya untuk menciptakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan di masa depan harus menjadi prioritas.
“Dalam konteks ini, penting untuk mengembangkan model pendidikan yang tidak hanya fokus pada teori, tetapi juga pada praktik kewirausahaan yang nyata,” ungkapnya.
Secara keseluruhan, membangun ekosistem pendidikan dan kewirausahaan yang holistik, terintegrasi, dan sistemik adalah kunci untuk menyiapkan Gen Z menghadapi tantangan masa depan.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga menjadi sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan pengembangan pemuda.
Menurutnya, Gen Z, dengan dukungan yang tepat, akan mampu mewujudkan visi mereka dan berkontribusi positif bagi bangsa.
“Dengan cara ini kita tidak hanya dapat meningkatkan jumlah wirausahawan muda, tetapi juga menciptakan generasi yang tangguh dan siap bersaing di panggung global,” tuturnya. (rdr)

















