“Itu sebenarnya MUI tidak menolak kehadiran UAS ataupun larangan berceramah di Kota Payakumbuh, tapi karena ada unsur politik praktis di dalamnya.”
Sementara, dikutip dari akun instagram @fakhry_emil_habib atau Fakhri Emil Habib Lc, MH Tuangku Rajo Basa, selaku ketua panitia acara tabligh akbar serta peletakan batu pertama markaz al Husam di komplek Masjid al-Mubarok Tiakar dengan menghadirkan UAS, merasa perlu menyempaikan beberapa hal.
Dia menyebut kronologinya adalah Al-Husam Littafaqquh Fiddin merupakan lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, bebas dari unsur politik maupun bisnis.
Kemudian, Fakhri menegaskan acara yang diselenggarakan al-Husam tidak memiliki tendensi politik, murni demi khidmah ilmu. Acara itu dilaksanakan di masjid, yang juga tidak memungkinkan diadakan kegiatan kampanye secara terbuka.
Sementara itu, dalam dialog yang digelar di Padang TV terkait polemik tersebut ada beberapa hal yang bisa disimpulkan. Seperti dari postingan Gusnik Adiputra di laman facebooknya.
Yakni, pertama, ulama luar dalam polemik yang dimaksud tersebut adalah UAS. Ternyata, ini berkaitan langsung dengan Pileg 2019 dan Pilkada tahun 2020 yang disebut langsung oleh Sekretaris MUI Payakumbuh.
Kemudian, agenda ini sudah disetting dari awal. Gusnik dalam tulisannya menyebut sudah membuktikan dengan adanya tokoh yang datang ke Pekanbaru.
Di closing statement juga sudah sampaikan apa dan bagaimana langkah UAS ke Sumatera Barat. “Sampai mati berat kaki saya melangkahkan kaki ke Sumatera Barat”.
“Mohon maaf semua panitia dan semua masyarakat Sumbar. Termasuk KAN yang akan kasih gelar kepada UAS, “Datuak Gajah Tongga”. Orang yang pada masanya yg mengalahkan lancang kuning,” tutup tulisan tersebut. (rdr)





















