Masalah lingkungan juga menjadi perhatian utama. Warga mengeluhkan kerusakan sungai yang menyebabkan air keruh dan sulit mendapatkan ikan segar.
Hal ini disebabkan oleh aktivitas perusahaan yang beroperasi di hulu desa, yang diduga mencemari aliran sungai.
Trajelius menegaskan, masyarakat tidak menentang keberadaan perusahaan atau investasi, namun berharap ada perhatian terhadap dampak limbah yang dihasilkan.
“Kami hidup di sepanjang sungai, dan sekarang airnya keruh terus. Sulit mencari air bersih, kami mohon perhatian, terutama karena sungai ini menjadi sumber penghidupan kami,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Mahyeldi menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan investor dalam menjaga lingkungan.
Dia menyampaikan rencananya untuk mendorong hilirisasi produk pertanian di Mentawai.
“Mentawai punya potensi besar dalam sektor pertanian dan pariwisata. Kami berharap pemuda di sini dapat dilatih untuk mengolah hasil pertanian, misalnya produk olahan pisang, agar bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat,” tutur Mahyeldi.
Di akhir diskusi itu, Mahyeldi kembali menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Mentawai, terutama dalam mengatasi tantangan lingkungan dan pendidikan yang dihadapi.
“Perhatian terhadap Mentawai tidak akan berakhir, terlebih dengan potensi pariwisata yang kian berkembang,” tutupnya. (rdr)

















