“Seni tradisi bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Di era teknologi yang semakin pesat, kegiatan seperti ini harus kita pertahankan dan kembangkan agar identitas budaya tidak hilang,” ungkapnya.
Pagelaran dari Empat Kecamatan
Pagelaran seni ini menampilkan beberapa sanggar dari berbagai kecamatan, yakni Patah Tubuah Hilang Baganti dari Ranah Pesisir, Bukik Paninjauan Lagan dari Linggo Sari Baganti, Gondan Gontosori dari Airpura, serta Tigo Landuang Panambam dan Ami Production dari Inderapura.
Penampilan dari setiap sanggar membawa ciri khas dan pesan budaya masing-masing, membuat acara semakin berkesan bagi para penonton.
Wali Nagari Tluk Kualo, Dedi Joafnaldi, dalam sambutannya menekankan bahwa selain seni, gotong royong juga merupakan nilai budaya yang sangat berharga.
“Gotong royong dalam persiapan acara ini memperlihatkan betapa pentingnya kebersamaan. Mari kita jaga budaya ini agar tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang,” pesannya.
Budaya sebagai Landasan Peradaban
Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan seni budaya lokal serta media untuk memperkuat karakter generasi muda.
“Budaya adalah warisan kita. Dengan melestarikan budaya, kita tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga membangun peradaban yang beradab,” tutup Junaidi.
Acara ini sukses menggugah semangat masyarakat dan generasi muda untuk mencintai seni dan budaya tradisional. Sanggar Puti Gubalo Intan telah membuktikan bahwa kesenian tradisi bukan hanya nostalgia, melainkan jembatan antara masa lalu dan masa depan serta bekal bagi generasi muda menghadapi tantangan zaman. (rdr)

















