Sementara itu, pengujian kandungan BPA pada AMDK yang melebihi 0,01 ppm menemukan 5 persen di sarana produksi dan 8,6 persen di sarana distribusi.
BPOM mengungkapkan bahwa terkontaminasinya AMDK galon dengan BPA berlebih ini akibat proses pasca produksi.
Proses transportasi dan penyimpanan AMDK galon dari pabrik menuju konsumen melalui berbagai media dan ruang diduga tidak sesuai prosedur.
Misalnya, galon yang terkena paparan panas matahari atau dibanting saat diturunkan diyakini menjadi penyebab migrasi BPA dalam air.
“Galon ini menjadi masalah saat akan ditransportasikan atau didistribusikan, baik yang kosong mau diisi maupun yang sudah diisi.”
“Walaupun tidak terpapar panas secara langsung, dalam distribusinya tetap bisa terpapar panas karena diletakkan di truk-truk terbuka,” kata dr. I Made Oka Negara dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
“Paparan panas dan sinar ultraviolet (UV) akan menyebabkan BPA terlepas. Saran saya, truk-truk pengangkut sebaiknya beratap agar tidak ada migrasi BPA ke dalam air,” tambah dr. Oka Negara.
Oka menjelaskan bahwa beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa BPA berbahaya secara akumulatif bagi kesehatan.
“Jika BPA dikonsumsi terus menerus, dapat menyebabkan gangguan estrogen. Pada pria, berpotensi mengalami micropenis dan gangguan kesuburan.”
“Sedangkan pada perempuan, cenderung mengalami debut seksual lebih awal dengan perkembangan payudara dan panggul yang lebih besar lebih cepat,” kata dr. Oka Negara. (rdr/infopublik)

















