Sedangkan aset keuangan tidak dihitung dalam perhitungan kekayaan global karena secara efektif diimbangi dengan kewajiban. Menurut McKinsey, kenaikan tajam kekayaan bersih selama dua dekade terakhir melampaui peningkatan produk domestik bruto (PDB) global. Mereka makin tajir berkat kenaikan harga properti yang disokong oleh penurunan suku bunga.
Laporan menyebut bahwa harga aset mereka hampir 50 persen di atas rata-rata pendapatan jangka panjang. Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan ledakan kekayaan. “Kekayaan bersih melalui kenaikan harga di atas dan di luar inflasi dipertanyakan dalam banyak hal. Kekayaan datang dengan segala macam efek samping,” terang Mischke.
Lonjakan nilai real estate membuat kepemilikan rumah tidak terjangkau bagi banyak orang dan meningkatkan risiko krisis keuangan seperti yang melanda AS pada 2008 setelah gelembung perumahan meledak. Dikhawatirkan China bakal mengalami masalah serupa terkait utang pengembang properti yang saat ini melanda China Evergrande Group dan kawan-kawan.
Resolusi yang ideal atau kekayaan yang ‘sehat’ berasal dari investasi yang lebih produktif yang memperluas PDB global, menurut laporan itu. Sebagai catatan, kekayaan yang tercatat tersebut bisa jadi runtuh bila harga properti turun dan menghapus sepertiga kekayaan global. (cnnindonesia.com)

















