Oleh karena itu pemimpin yang notabene adalah ujung tombak dari sebuah organisasi tentu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Apabila pemimpin sudah mementingkan kepentingan pribadi maka lambat laun sebuah organisasi akan hancur, karena setiap pemimpin tentu memiliki rasa kebersamaan yang tinggi, rasa peduli yang tinggi dibandingkan hal lainnya.
Seorang pemimpin tentu harus tau detail dan bagaimana anggotanya. Maksudnya seorang pemimpin harus lebih tau karakter seorang anggota yang dipimpinnya. Kalau seorang pemimpin sudah tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap anggota maka organisasi tersebut tidak akan berkembang. Bagi pemimpin yang tidak menganut falsafah ini maka harus belajar dan memahami falsafah ini.
Karena setiap pemimpin tentu perlu mengetahui seberapa jauh berkembangnya sebuah organisasi dan para anggota. Hal ini adalah dasar dan yang paling utama ditanamkan jika kita menjadi seorang pemimpin.
Kita tentu di Minangakabau misalnya akan menjadi Mamak dari kemenakan kita, dan Ayah dari anak kita, dalam skala kecil seperti ini, kita harus paham akan hal ini, kita memimpin anak dan kemenakan tentu dengan cara berbeda seusai juga dengan falsafah” anak dipangku kamanakan dibimbiang”.
Sesuai dengan falsafah satu untuk seribu ini sendiri memiliki makna yaitu kita hidup tentu harus bermanfaat bagi banyak orang, oleh karena itu di Minagakabau saja kita bisa dipastikan sebagai seorang laki-laki akan menjadi pemimpin, maka hal ini perlu diketahui karena sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang banyak.
Hal ini cukup menjelaskan bahwa menganut falsafah ini akan sangat dianjurkan apabila kita menjadi seorang pemimpin baik dalam hal kecil maupun masyarakat nantinya. (**)
*Penulis berdomisili di Padang Pariaman dan Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas Patamuan, Tandikek.

















