Ia menjelaskan bahwa bukak kapalo banda memiliki makna mendalam sebagai simbol gotong royong dalam masyarakat Minangkabau.
Tradisi ini mengajarkan pentingnya kebersamaan dalam menjaga sumber daya alam yang memberikan kehidupan bagi masyarakat.
“Tradisi ini sudah ada sejak nenek moyang kita dan merupakan bentuk tanggung jawab kita sebagai masyarakat adat untuk menjaga air sebagai sumber kehidupan. Kami sangat bersyukur acara ini masih bisa berlangsung dengan khidmat, dan kami berharap ini bisa terus dilestarikan ke depannya,” kata Erman B. Datuak Rajo Ibrahim.
Ketua Kerapatan Adat Nagari Bungus, Raizul Mailis Datuak Rajo Nando, juga menyampaikan pandangannya. Ia menegaskan bahwa pelestarian tradisi seperti bukak kapalo banda tidak hanya penting dari sisi budaya, tetapi juga dari sisi ekonomi dan sosial masyarakat.
Menurutnya, kegiatan ini mengajarkan pentingnya kolaborasi antara masyarakat dalam menjaga sumber daya air yang menjadi tulang punggung pertanian di wilayah tersebut.
“Kami berharap kegiatan ini menjadi momentum bagi masyarakat, terutama generasi muda untuk lebih memahami dan menghargai pentingnya tradisi lokal. Air yang mengalir dari banda ini bukan hanya milik kita, tetapi juga milik anak cucu kita di masa depan,” katanya.
Acara tersebut juga dimeriahkan oleh Ketua Panitia Alek Tradisi, Bapak Arfendi Datuak Tan Bagindo, yang mengungkapkan rasa syukurnya atas kelancaran pelaksanaan acara.
Ia berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi, baik masyarakat lokal maupun tokoh-tokoh adat dan pemerintahan.
“Kami sangat berterima kasih atas dukungan semua pihak, terutama kepada Gebu Minang dan para tokoh adat yang telah hadir. Ini adalah wujud dari kebersamaan kita dalam menjaga dan melestarikan tradisi leluhur. Harapan kami, kegiatan ini bisa terus berlanjut dan semakin meriah setiap tahunnya,” katanya.
Alek tradisi bukak kapalo banda di Bunguih ini berlangsung dengan penuh semangat. Selain doa bersama, masyarakat juga terlibat dalam kegiatan mempersiapkan saluran air, membersihkan bendungan, serta merayakan panen yang diharapkan semakin melimpah setelah pembukaan irigasi tersebut.
Tradisi ini menjadi bukti kuatnya ikatan masyarakat Minangkabau dengan alam dan adat istiadat yang terus hidup di tengah kemajuan zaman. (rdr)

















