PADANG, RADARSUMBAR.COM – Kekecewaan mendalam dirasakan para pecinta sepak bola tanah air, khususnya pendukung Semen Padang FC.
Klub bersejarah asal Ranah Minang itu hanya mendapatkan tiga pertandingan kandang di akhir pekan (Sabtu-Minggu) sepanjang 34 pekan BRI Liga 1 musim ini.
Intensitas pertandingan di kandang ini sangat timpang dibandingkan dengan tim lain, seperti Bali United yang memperoleh 14 laga kandang akhir pekan, atau Persis Solo dengan 13 laga.
Bagi sebagian orang, jumlah pertandingan di akhir pekan mungkin sekadar angka. Namun, bagi suporter, terutama perantau Minang yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan luar negeri, ini menyangkut akses, kesempatan, dan kebanggaan.
Pertandingan di akhir pekan adalah waktu emas bagi mereka untuk menyaksikan langsung atau sekadar mengikuti lewat siaran televisi tanpa harus berbenturan dengan aktivitas pekerjaan.
“Ini jelas sangat merugikan kami sebagai fans. Kenapa Semen Padang FC hanya mendapat tiga pertandingan Sabtu-Minggu? Ketidakadilan ini begitu nyata,” ungkap Braditi Moulevey, tokoh perantau Minang yang juga pecinta Semen Padang FC, Minggu (24/8/2025).
Moulevey menilai keputusan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator liga menimbulkan tanda tanya besar.
Dengan distribusi jadwal yang timpang, publik berhak mempertanyakan transparansi sekaligus profesionalisme dalam pengelolaan kompetisi.
“Harapan kami, PT LIB lebih fair. Jangan bikin kecewa suporter. Apalagi jangan sampai ada indikasi praktik mafia di balik penentuan jadwal ini. Kalau tidak segera dievaluasi, kepercayaan masyarakat terhadap liga bisa makin tergerus,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, Ketua Umum PSSI Erick Thohir perlu turun tangan untuk mengecek langsung apakah penjadwalan telah dilakukan secara transparan atau justru sarat dengan kepentingan tertentu.
Hak Siar dan Dugaan Konflik Kepentingan
Masalah tidak berhenti pada jadwal pertandingan. Fans juga menyoroti hak siar yang dianggap tidak proporsional bagi Semen Padang FC.
Braditi Moulevey mengatakan, Semen Padang FC adalah klub sepakbola lama dengan basis suporter luas, terutama dari kalangan perantau Minang. Namun, perhatian terhadap hak siar justru minim.
“Kami mendengar bahwa pemegang hak siar merupakan anak perusahaan dari PT Bali Bintang Sejahtera, pengelola Bali United. Kalau ini benar, tentu berpotensi menimbulkan konflik kepentingan. Apalagi Bali United sendiri mendapat 14 laga akhir pekan, jauh di atas Semen Padang FC,” tegasnya.
Hak siar bukan sekadar soal tontonan. Ia berkaitan erat dengan eksposur media, pemasukan sponsor, dan nilai komersial klub.

















