PADANG, RADARSUMBAR.COM – Arumi Saidah Humaira kondisinya kian memprihatinkan. Bocah tiga tahun itu menderita penyakit meningitis hidrosefalus dan juga cerebral palsy. Ia kini dirawat di Rumah Sakit Universitas Andalas (Unand) Padang.
“Anak saya, Arumi sudah beberapa kali bolak balik rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Tapi kondisinya masih drop,” kata Titi Nuryanti (36) saat bertemu dengan Zulkifli, Wakil Sekretaris DPD Gerindra Sumbar yang datang mengantarkan bantuan dari Wakil Ketua Komisi VI DPR Andre Rosiade ke RS Unand, Minggu (20/4/2025).
Meningitis hidrosefalus adalah kondisi serius di mana peradangan pada selaput otak (meningitis) menyebabkan penumpukan cairan serebrospinal (hidrosefalus) di dalam otak.
Titi mengatakan, penyakit ini telah diderita anaknya sejak Desember 2024 lalu. Awalnya hanya kejang-kejang. Kemudian, Arumi dibawa ke Semen Padang Hospital (SPH). Ia kemudian dirawat di sana lebih kurang 10 hari.
“Setelah menjalani pemeriksaan, dokter mendiagnosa Arumi kena cerebral palsy,” ujar Titi yang didampingi PSM Kelurahan Bungus Barat Fedria Rustanti dan Nurhayati dari Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat Kota Padang.
Cerebral palsy merupakan gangguan permanen yang memengaruhi perkembangan gerakan dan menyebabkan keterbatasan aktivitas.
Setelah mendapatkan perawatan kata Titi, Arumi diperboleh pulang. Tapi seminggu di rumah, kondisi Arumi drop lagi. Ia lalu dirujuk kembali ke SPH. Di sana Arumi kembali mendapatkan perawatan selama 12 hari, tapi kondisi Arumi semakin drop.
“Arumi dibawa ke RS Unand. Saat itu, saya merasa sudah gak ada harapan, karena badan anak saya sudah layu, kondisinya berat, seminggu tidak sadar,” ujarnya.
Alangkah terkejutnya, Titi, Arumi kemudian didiagnosa menderita penyakit meningitis hidrosefalus, ada cairan di kepalanya. “Tiga minggu pulang habis itu balik ke sini lagi,” ujarnya.
Selama perawatan, Arumi juga dihadapkan dengan kondisi yang semakin menyulitkan. Ia harus menjalani tindakan trakeostomi yakni sebuah prosedur bedah yang menciptakan lubang pada tenggorokan (trakea) untuk memasukkan tabung yang memungkinkan pasien bernapas tanpa melewati hidung atau mulut.

















